Saturday, April 16, 2011

Cirebon, Kota Seribu Gapura


Memasuki Istana Pakung Wati – Keraton Kasepuhan Cirebon, kita akan melihat sepasang gapura berwarna merah bata yang berdiri kokoh di pelataran depan keraton tersebut.

Gapura tersebut terbuat dari teracota atau sejenis batu bata kuno yang banyak digunakan sebagai bahan bangunan keraton saat itu. Gapura Keraton Kasepuhan adalah gapura bergaya bentar yang sangat khas pada zaman Majapahit. Gaya Majapahit sangat kental pada Keraton Kasepuhan, karena keraton tersebut paska perang Demak-Majapahit (1529) di rombak semirip mungkin dengan istana Majapahit, yaitu istana Trowulan. Arsitek dan kuli-kuli bangunannya pun sebagian besar berasal dari Majapahit, yang dibawa dari Demak sebagai tawanan perang, sebagai balas jasa karena Cirebon turut membantu Demak memenangkan pertempuran tersebut. 

Karena keunikan gapura tersebutlah, pemerintah Cirebon menjadikannya sebagai ciri khas (landmark) Cirebon. Pada tahun 1997 diwajibkan bagi setiap kantor instansi pemerintah dan swasta-swasta tertentu untuk membangun gapura sebagai pintu gerbangnya. Kebijakan ini mendapat dukungan yang luas dari masyarakat, sehingga bukan hanya perkantoran saja yang membangun gapura, tetapi pemukiman-pemukiman penduduk juga turut dihiasi megahnya gapura bergaya bentar ini. Keberadaan gapura-gapura bergaya  bentar yang memenuhi pemandangan di Cirebon, mengantarkan kita pada suasana klasik yang menggambarkan kejayaan Keraton Kasepuhan pada masa lalu. (ysg)


3 comments:

  1. wah...ini bener2 nice inpoh banget neh gan...ane kira crb jauh dr budaya majapahit, tp ternyata gapura Keraton di Cirebon mengadopsi budaya Majapahit...kayaknya ane dl salah persepsi neh...makasih gan beritanya...mngtabs deh buat artikel2 nya...

    ReplyDelete
  2. thx gan commentnya. Cirebon turut membantu Demak saat melawan Kerajaan Majapahit. setelah perang selesai, Cirebon membawa sekitar 100 orang tawanan perang dari Majapahit yang terdiri dari tenaga ahli bangunan. salah satunya adalah seorang arsitek kerajaan Majapahit.
    Sunan Gunung Djati sebagai raja Cirebon saat itu sangat mengagumi Istana Majapahit, Trowulan. karenanya beliau membangun Istana Pakungwati di Cirebon (Keraton Kasepuhan) mirip dengan Istana Trowulan, hanya saja ukurannya lebih kecil. Masjid Agung Sang Cipta Rasa juga konon dibangun dengan menggunakan jasa arsitek dari Majapahit tersebut.

    ReplyDelete
  3. Setuju gan.....Lestarikan bangunan / ciri khas Cirebon : salah satu nya Gapura bata Merah ini.....Selain makanan khas nya yg menjadi raja di negeri sendiri...Batik, tari Topeng.... yg masih kurang adalah : bahasa Cirebon halus yg sekarang ini jarang orang memakainya... sampun ah mekoten mawon... saking putra cirebon sing wonten ting bandung

    ReplyDelete