

Acara tersebut dibuka dengan parade/arak-arakan budaya yang dimulai dari Balai Kota Cirebon di Jl. Siliwangi Cirebon dan berakhir di Alun-alun Keraton Kasepuhan. Sedangkan untuk pentas budaya di gelar setiap malam. Di panggung bergaya Gapura Bentar tersebut berbagai kesenian khas Cirebon dipentaskan, seperti tari topeng, sintren, tarling dan wayang kulit. Selain itu juga turut dipentaskan kesenian lain dari sekitar wilayah Cirebon, seperti Rampak Genjring dari Kuningan, Longser dari Majalengka dan Tari Randu Kentir dari Indramayu. Masyarakat juga disuguhi pentas tari dari daerah nun jauh dari Cirebon, seperti tari Payung dari Minang dan tari Pendet dari Bali.
Bagi sebagian besar masyarakat Cirebon sendiri, pertunjukkan seperti ini merupakan pertunjukkan yang cukup langka digelar. Karena itu antusias warga cukup besar untuk menyaksikan Festival Cirebon tersebut. Sebut saja dalam pementasan tari topeng, tari yang menjadi “simbol” Cirebon ini sangat dinanti oleh Masyarakat Cirebon sendiri. Sebut saja tari Topeng Klana Bandowati gaya Losari ataupun Tari Topeng Klana Tiga Generasi gaya gegesik, cukup banyak diminati oleh warga.

Pegelaran tari yang didukung dengan tata cahaya yang baik tersebut berhasil menyajikan sebuah hiburan yang menarik bagi masyarakat Cirebon. Design panggung yang identik dengan gapura Keraton Kasepuhan itu semakin tampak hidup dibawah cahaya sinar bulan purnama.
Selain panggung pementasan, di Alun-alun Keraton Kasepuhan juga berdiri tenda-tenda/stand yang menjual berbagai produk kerajinan khas Cirebon, seperti batik, lukisan, topeng, serta baju-baju/kaos bertemakan Cirebon. (ysg)
GO CIREBON...GO!!!
ReplyDelete