Monday, August 29, 2011

Manisnya Sirup Tjampolay



Selama bulan puasa, salah satu minuman yang diincar banyak orang adalah sirup, karena minuman yang satu ini selain rasanya yang manis juga dapat menyegarkan tenggorokan kita setelah seharian berpuasa. Bicara soal sirup, Cirebon memiliki andalannya sendiri, yaitu sirup cap buah tjampolay atau yang lebih dikenal dengan sirup Tjampolay.

Sirup tjampolay adalah sirup khas Cirebon yang telah diproduksi sejak tahun 1936, sirup Tjampolay terdiri dari berbagai macam rasa buah-buahan seperti melon, mangga gedong, jeruk nipis dan nanas bahkan rasa kopi moka pun ada.namun dari sekian banyak macam rasa tersebut yang menjadi favorit ialah rasa pisang susu. Karena selain rasa manisnya yang khas, warna sirupnya pun sangat menarik, yaitu merah jambu. Sehingga tampak manis untuk dicampur dengan berbagai macam aneka es, seperti es campur ataupun es kelapa misalnya.

Rasanya yang dinilai banyak orang cukup nikmat dan segar, menjadikan sirup Tjampolay rasa pisang susu ini banyak dijadikan sebagai buah tangan khas Cirebon. Siapa pun yang berburu oleh-oleh di kota udang ini, hampir dapat dipastikan melirik sirup Tjampolay sebagai salah satu pilihannya. Sirup Tjampolay kini dapat ditemui diberbagai tempat, mulai dari toko kelontong, mini market, toko pusat oleh-oleh, hingga super market dengan harga yang cukup terjangkau, yaitu lima belas ribu rupiah perbotolnya. (ysg)

Wednesday, August 17, 2011

Ngabuburit di Alun-alun Kejaksan Cirebon



Seperti tahun yang lalu, selama bulan puasa Alun-alun Kejaksan Cirebon di sulap menjadi pasar malam, tenda-tenda para pedagang berjajar rapih. Tidak saja hanya para pedagang makanan yang berjualan di sana tapi para pedagang pakaian dan aksesoris pun turut memeriahkan suasana bazar.

Menurut Fani, koordinator PKL untuk pedagang Pakaian dan Aksesoris, Bazar digelar selama bulan Ramadhan hingga H-3 sebelum lebaran, Kecuali pada tanggal 13 hingga 14 Agustus Bazar ditutup karena alun alun akan digunakan untuk Upacara Hari Pramuka dan Upacara Kemerdekaan RI. “Insya Allah, tanggal 18 Agustus kami sudah bisa berjualan lagi seperti biasa” tutur pria yang berjualan aksesoris ini menjelaskan.

Masyarakat biasanya mulai ramai mengunjungi Bazar Alun-alun Kejaksan sekitar  pukul 15.30 setelah sholat Ashar hingga pukul 20.00 saat sholat taraweh digelar di Masjid At Taqwa yang letaknya di samping Alun-alun Kejaksan tersebut.  Pada umumnya masyarakat datang kesana untuk berburu tajil (menu pembuka puasa) ataupun untuk membeli menu utama berbuka puasa. Karena di sana di jajakan berbagai macam menu penggugah selera dari kolak pisang hingga es campur, dari sambel asem hingga lumpia, dan dari empal gentong hingga nasi padang semua tersedia, tinggal kita memilihnya sesuai isi kantong dan selera kita.

Bagi yang ingin berburu baju baru untuk lebaran pun tidak usah khawatir, di Bazar Alun-alun kejaksan tersedia berbagai macam baju, mulai dari baju casual yang gaul hingga baju muslim yang modis.

Bukan hanya di Alun-alun Kejaksan saja, di pelataran Masjid At Taqwa juga berdiri tenda-tenda para pedagang yang menjajakan baju muslim dan buku-buku tentang Islam serta beberapa stand yang menjajakan menu berbuka puasa yang dapat dijadikan pilihan oleh para pengunjung untuk berbuka puasa di sana.

Bagi yang sekedar ingin berjalan-jalan saja atau ngabuburit, alun-alun kejaksan atau pelataran Masjid At taqwa juga bisa menjadi tempat yang asyik untuk bersantai sambil menunggu waktu berbuka. (ysg)

Sunday, August 14, 2011

Gema Kemerdekaan Dari Kota Cirebon


Tugu Proklamasi 15 Agustus 1945 di perempatan Jl Siliwangi Cirebon
Tidak banyak yang tahu apa makna dari sebuah tugu berwarna putih yang tegak berdiri di dekat Alun-Alun Kejaksan Cirebon, tepatnya di perempatan antara Jalan Kartini dan Jalan Siliwangi. Bertahun-tahun tugu tersebut berdiri tegak dan membisu tanpa menyampaikan makna apapun.

Reruntuhan Kota Hiroshima setelah ledakan Bom Atom 1945
67 tahun yang lalu tepatnya tanggal 14 Agustus 1945, radio BBC menyiarkan sebuah berita yang sangat penting, yaitu kekalahan Jepang akibat dihancurkannya Kota Nagasaki dan Hiroshima oleh bom atom milik sekutu. Berita dari stasiun radio yang diharamkan oleh pemerintahan jepang tersebut terdengar juga oleh telinga Sutan Sjahrir (Bung Sjahrir), seorang tokoh pergerakan. Sjahrir menyuruh Subadio Sastrosatomo untuk menyampaikan kabar menggembirakan tersebut kebeberapa rekan pergerakan lainnya termasuk kepada Dr Soedarsono di Cirebon. Saat itu Dr Soedarsono menjabat sebagai kepala RS Gunung Djati Cirebon.

Bagi Sjahrir, momen ini sangatlah penting bagi rakyat Indonesia untuk menyatakan kemerdekaannya. Sjahrir berkeinginan untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia secepatnya, karena ia khawatir jika kemerdekaan diproklamasikan setelah melewati tanggal 15 Agustus 1945, kemerdekaan tersebut akan dianggap sebagai hadiah pemberian dari Jepang. Anggapan seperti ini dapat saja muncul, karena pada saat itu Bung Karno dan Bung Hatta sedang berada di Dalat, Saigon (Vietnam). Untuk menemui Marsekal Terauchi, dalam rangka pembahasan pemberian kemerdekaan Indonesia dari Jepang. 

Sjahrir, Soekarno dan Hatta
Pada Pertengahan hari tanggal 14 Agustus 1945, saat Bung Karno dan Bung Hatta kembali ke tanah air. Sjahrir menyampaikan pentingnya untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Namun keinginan itu di tolak oleh kedua tokoh tersebut. Bagi Bung Karno dan Bung Hatta proklamasi kemerdekaan haruslah tetap melalui PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang sudah dibentuk. Saat itu PPKI memang sudah berencana menggelar sidang pada tanggal 25 Agustus 1945. gelagat menyerahnya Jepang pada sekutu juga sudah terdengar oleh Bung Hatta saat berada di Dalat, karena itu mereka juga berencana mempercepat sidang PPKI dan mengecek kebenaran berita dari Sjahrir keesokan harinya ke Gunseikanbu (markas tentara Jepang), yaitu pada tanggal 15 Agustus 1945. keputusan ini membuat Sjahrir kecewa, harapannya pupus untuk mempercepat proklamasi kemerdekaan agar tidak terkesan sebagai hadiah dari Jepang.

Pada tanggal 15 Agustus 1945, Bung Karno dan Bung Hatta mendapati Gunseikanbu dalam keadaan kosong, merekapun menuju rumah Marsekal Meyda. Dari sikap Meyda merekapun mengambil kesimpulan bahwa berita yang disampaikan oleh Sjahrir adalah benar. Dalam perjalanan pulang, Bung Hatta mengusulkan agar sidang PPKI digelar pada tanggal 16 Agustus 1945 dan usulan ini disetujui oleh Bung Karno. Melalui Mr. Soebardjo rencana ini segera disampaikan kepada seluruh anggota PPKI yang saat itu sudah berada di Hotel Des Indes Jakarta.

Suasana Sidang PPKI menjelang kemerdekaan
Pada sore harinya kakak beradik Soebadio Sastrosatomo dan Subianto mendatangi kediaman Bung Hatta. Mereka mencoba mempengaruhi agar sidang PPKI pada tanggal 16 Agustus 1945 ditiadakan dan meminta Bung Karno atas nama Rakyat Indonesia memproklamirkan kemerdekaan melalui corong radio. Permintaan tersebut ditolak oleh Bung Hatta hingga terjadi perselisihan diantara mereka. Kejadian inilah yang memicu terjadinya peristiwa Rengas Dengklok, di mana para pemuda menculik Bung Karno dan Bung Hatta ke luar dari Jakarta, untuk menekan kedua tokoh tersebut  segera memproklamirkan kemerdekaan.

Malam harinya Soebadio Sastrosatomo melaporkan hasil tugasnya menyebarluaskan berita kekalahan jepang kepada Sjahrir, ia juga melaporkan tindakan para pemuda menculik Bung Karno dan Bung Hatta. Mendengar laporan tersebut Sjahrir marah terhadap sikap Bung Karno dan Bung Hata yang tetap bersikukuh menunda proklamasi kemerdekaan, namun Sjahrir juga menyalahkan tindakan para pemuda menculik kedua tokoh tersebut. Malam itu juga Sjahrir menyusun kekuatan rakyat melalui kelompoknya diberbagai daerah termasuk Cirebon untuk memproklamirkan kemerdekaan.

Akhirnya pada tanggal 15 Agustus 1945 di Kota Cirebon, melalui Dr Soedarsono dibacakanlah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Proklamasi tersebut terdiri dari tiga ratus kata yang mengutarakan ketidaksukaan bangsa Indonesia dijajah oleh bangsa kolonial manapun juga. Proklamasi tersebut dibacakan oleh Dr Soedarsono di Alun-alun Kejaksan di depan sekitar 150 orang yang sebagian besar anggota Partai Nasional Indonesia Pendidikan.

Proklamasi Cirebon lahir dari semangat para pemuda

Namun sayang, proklamasi yang dibacakan oleh Dr Soedarsono itu kurang mendapat sambutan dari rakyat, bahkan dari masyarakat Cirebon sendiri. Hal ini terjadi karena proklamasi tersebut lahir dalam friksi ideologis di kalangan pemuda pergerakan dan ketidak berdayaan Sjahrir untuk membujuk Bung Karno dan Bung Hatta mempercepat proklamasi. Disamping itu juga pamor Bung Karno di mata rakyat lebih kuat dibandingkan Sjahrir. Sehingga proklamasi di Cirebon tidak bergema di seluruh nusantara. 

Ada beberapa versi mengenai proklamasi di Cirebon, pertama teks proklamasi sepanjang tiga ratus kata tersebut adalah tulisan Sjahrir yang di faks kepada Dr Soedarsono, namun versi lain menyebutkan bahwa teks tersebut adalah tulisan Dr Soedarsono sendiri. Perbedaan versi ini terjadi karena teks proklamasi yang dibacakan tersebut hilang entah kemana. Kedua, mengenai tempat dan waktu dibacakannya proklamasi. Ada versi lain yang mengatakan bahwa Dr Soedarsono tidak membacakannya di Alun-alun Kejaksan tapi dari tempat lain, dan proklamasi tersebut tidak dibacakan pada tanggal 15 Agustus 1945, tetapi pada keesokan harinya yaitu pada tanggal 16 Agustus 1945. Hal ini mengingat kesibukan para pemuda pergerakan pada tanggal 15 Agustus 1945.

Lokasi Tugu Proklamasi di lihat dari atas (Google Map)
Diantara banyak versi mengenai proklamasi kemerdekaan yang dikumandangkan di Cirebon, dibangunlah sebuah tugu berbentuk menyerupai pensil berwarna putih di dekat Alun-alun Kejaksan. Untuk mengingatkan kita bahwa di kota udang ini pernah terjadi suatu peristiwa bersejarah yang sangat berharga, yaitu dibacakannya proklamasi kemerdekaan. (ysg)

Friday, August 5, 2011

Bersilahturahmi ke Kerajaan Kera

Mereka saling menatap, saling berbagi ruang tanpa ada rasa takut. Kedua mahluk Tuhan berbeda species ini tampak begitu akrab, mereka berbaur dengan harmonsinya, hingga tidak bisa dibedakan lagi siapa menonton siapa.

Itulah kesan yang dapat kita tangkap saat berkunjung ke obyek wisata Plangon yang terletak di Desa Babakan kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon. Lokasinya yang tepat berada di pinggir jalan, menjadikan Pelangon mudah untuk dikunjungi.

Plangon adalah sebuah hutan wisata yang dijadikan habitat oleh puluhan kera. Konon menurut legenda, kera-kera tersebut berasal dari sekumpulan prajurit Pajajaran yang dikutuk, karena tingkah laku mereka yang sulit diatur seperti layaknya kera. Karena itu di yakini pula oleh masyarakat sekitar, bahwa di sana terdapat beberapa wilayah yang masing-masing dikuasai oleh seekor kera jawara. Legenda tersebut menjadikan tempat ini semakin populer dikunjungi oleh para wisatawan. Namun begitu, kera-kera di sana cukup jinak dan terkadang usil terhadap para pengunjung. 

Selain hutan yang dijadikan oleh habitat puluhan kera, di Plangon juga terdapat makam tokoh penting dalam Sejarah Cirebon, yaitu makam Pangeran Panjunan dan makam Pangeran Kejaksan. Kedua makam yang terletak di puncak Bukit Plangon ini sering didatangi oleh warga untuk berziarah. Untuk menuju lokasi makam tersebut, kita harus meniti ratusan anak tangga yang membelah bukit plangon, disepanjang perjalanan kita juga akan disuguhi oleh pemandangan hutan yang indah serta ulah jahil kera-kera yang tinggal di sana. 

Mereka biasanya secara bergerombol selalu mengikuti pengunjung yang berjalan menaiki anak tangga. Tapi jangan khawatir, tidak ada unsur mistis dari tingkah laku kera tersebut. mereka hanya mengharapkan kita untuk memberikan makanan. Karena kera-kera tersebut terbiasa menerima makanan berupa kacang garing yang biasa dilemparkan pengunjung kepada mereka. karena itu jangan lupa membawa bekal kacang garing untuk diumpankan kepada kera-kera tersebut, agar mereka selalu bergerombol di sekitar kita, sehingga kita bisa menikmati aksi lucu mereka.

Bagi yang tidak ingin bersusah payah memasuki Hutan Plangon tidak perlu khawatir. Karena begitu kita menepikan kendaraan kita di lahan parkir tepat di tepi jalan. Kera-kera itu secara jinak pasti akan mendekati kita secara bergerombol. Dengan bermodalkan kacang garing yang banyak di jual di sana, kita juga sudah bisa menikmati aksi jinak kera-kera yang lucu itu.

Objek wisata Plangon banyak didatangi pengunjung pada hari-hari libur, baik oleh masyarakat setempat maupun dari luar kota. Terutama menjelang Bulan Ramadhan, pengunjung biasanya mengajak keluarga maupun kerabat mereka untuk sekedar makan bersama di sana. Mungkin inilah yang disebut dengan bersilahturahmi ke ”leluhur”.(ysg)