Friday, June 3, 2011

Minimnya Referensi Sejarah Cirebon


Pernah mendengar kalimat The Gate of Secret? Yang jelas ini bukanlah judul film ataupun novel misteri. Bagi orang Cirebon, kalimat yang berarti Gerbang Kerahasiaan ini harus dibiasakan untuk diucapkaan ataupun didengar. Karena kalimat ini adalah branding yang akan disandang oleh Kota Cirebon untuk menjual potensi wisatanya. Branding/slogan ini diambil, karena Kota Cirebon dianggap menyimpan rahasia besar akan masa lalunya yang menarik untuk dijual ke para wisatawan, baik asing maupun domestik. Bisa dikatakan slogan tersebut akan mengantarkan kita untuk menapaki jejak sejarah di Kota Cirebon.

Ironisnya, banyak masyarakat Cirebon sendiri yang tidak mengetahui sejarah Cirebon. Bahkan saat ini sangat sulit sekali bagi kita untuk mencari referensi tentang sejarah Cirebon. Di Cirebon sendiri hanya sedikit sekali terdapat buku-buku mengenai sejarah Cirebon. Menurut pengamatan CIREBON insight, setidaknya ada dua buku yang dapat dijadikan sebagai referensi untuk mengetahui sejarah Cirebon. Pertama adalah buku berjudul Babad Tanah Sunda Babad Cirebon yang ditulis oleh P.S. Sulendraningrat dan sudah mengalami berkali-kali naik cetak dengan cover yang berbeda-beda. Buku inilah yang sering dijadikan referensi sejarah Cirebon.

Sayangnya, buku yang tidak mencantumkan nama penerbit ini, belum menggunakan ejaan yang sempurna, sehingga kita akan mudah lelah dalam membacanya. Buku lain yang dapat kita temukan adalah buku-buku yang berkisah tetang sejarah Sunan Gunung Jati, seperti buku yang berjudul Sekitar Komplek Makam Sunan Gunung Jati Dan Sekilas Riwayatnya yang di tulis oleh Hasan Basyari yang diterbitkan oleh Zul Fana Cirebon. Kesamaan dari kedua buku ini tidak dikemas secara eksklusif, tapi tampilannya lebih mirip dengan buku-buku stensilan.
Namun jangan harap dapat menemukan buku-buku tersebut di toko-toko buku. Buku-buku tersebut dapat kita jumpai di pedagang-pedagang buku kaki lima atau di lapak-lapak buku bekas. Itupun sangat sulit untuk mendaapatkannya. Hanya berapa tempat saja di Cirebon yang masih menjual buku-buku tersebut, seperti di depan Masjid Agung Kasepuhan dan di Situs Pemakaman Gunung Jati.

Sebenarnya masih banyak sejarah Cirebon yang belum tergali. Seperti yang dituturkan oleh Rokhman, petugas konservasi budaya Cirebon, saat ditemui di Stand Budaya HUT Kacirebonan beberapa waktu yang lalu. Menurutnya, sebenarnya referensi sejarah Cirebon itu kaya, hal ini dapat dilihat dari banyaknya literatur/transkrip kuno yang belum tergali. Saat ini transkrip-transkrip tersebut tersebar di banyak “tangan”, ada yang dikoleksi oleh keraton, seperti Keraton Kacirebonan salah satunya ada pula yang tersebar di tangan perorangan.

Dari sekian banyak transkrip tersebut. Hanya sedikit transkrip yang telah dapat diterjemahkan, seperti transkrip Babad Cirebon. Ini dikarenakan semakin sedikitnya sumber daya manusia yang dapat menterjemahkan transkrip tersebut, karena ditulis dengan menggunakan huruf Jawa Kuno dan huruf Arab. Hal ini dipersulit dengan kpondisi transkrip yang mulai lapuk dimakan usia, yang membuat beberapa tulisan pudar bahkan tidak terbaca sama sekali.  Menurut Rokhman saat ini, pihak konservasi budaya sedang berupaya mendata semua transkrip yang ada dan berupaya untuk menterjemahkannya. “Apa yang kami lakukan seperti “menyusun puzzle”, menyatukan keping demi keping agar sejarah Cirebon tidak menjadi sejarah yang hilang.” Pungkasnya di sela-sela kesibukannya pada perayaan HUT Kacirebonan kemarin.

Dengan tekad kuat Pemerintah Kota Cirebon mengusung The Gate of Secret sebagai slogan wisata kota Cirebon, rasanya perlu bagi pemerintah untuk mensosialisasikan kembali sejarah Cirebon kepada warganya, agar warga Cirebon dapat maksimal mendukung slogan tersebut dan terutama lagi agar sejarah Cirebon tidak benar-benar menjadi rahasia yang sulit diungkap. (ysg)

No comments:

Post a Comment