“Apa arti macan putih bagi orang Cirebon? Sepertinya saya melihat begitu banyak patung serupa di sini.” Pertanyaan tersebut dilontarkan oleh seorang teman asal kota gudeg Yogyakarta. Sebagai orang Cirebon sekaligus tuan rumah dari teman saya tersebut, saya menjawab: “Oh itu Macan Ali, Lambangnya Keraton Cirebon.”
Hanya itulah jawaban yang bisa saya berikan saat itu. Teman saya hanya mengangguk pelan dan pembicaraan kami pun berganti ke tema lain. Tapi bagi saya pertanyaan tersebut tetap harus dijawab. Pencarian jawaban saya mulai dari Keraton Kasepuhan, sebagai keraton tertua di Cirebon. Di sana saya temukan sebuah lukisan kaligrafi Arab berbentuk seekor macan. “Ini adalah Singha Barwang atau biasa disebut Macan Ali, lukisan kaligrafi berbentuk macan yang menjadi lambang kebesaran Kerajaan atau Kasultanan Cirebon.” Jelas Pak Satu, seorang abdi dalem di Keraton Kasepuhan yang menemaniku berkeliling di kompleks keraton. Menurut Pak Satu, Kaligrafi bertuliskan kalimat syahadat itu merujuk kepada kepahlawanan Sayidina Ali dalam memperjuangkan agama Islam.
Dalam literatur lain juga dikemukakan bahwa sebelum Cirebon, ada beberapa negara lain yang juga menggunakan Macan Ali sebagai lambang kebesaran negaranya. Seperti kerajaan Indraprahasta, Wanagiri dan Singhapura. Dijadikannya Macan Ali sebagai lambang kebesaran Kesultanan Cirebon juga untuk membuktikan tekad dan eksistensi Cirebon dalam menyiarkan Agama Islam di Bumi Nusantara.
Bendera Macan Ali juga pernah berkibar, mengiringi keperkasaan Pasukan Kesultanan Cirebon dalam beberapa perang besar melawan penjajahan. Seperti perang melawan Tentara Portugis (1512-1526) yang diprakarsai oleh Kesultanan Demak di bawah pimpinan Raden Patah. Dalam perang tersebut bala tentara Cirebon turut bertempur bersama bala tentara Demak dalam melawan Portugis. Bendera Macan Ali juga pernah berkibar dalam perang Kedongdong (1793-1808), yaitu perang yang dipicu oleh pemberontakkan para santri Melawan tentara Belanda yang diperkuat oleh bala tentara Portugis.
Menurut kisah, kebesaran dan keberanian pasukan Cirebon saat itu, dipengaruhi juga oleh kharisma Bendera Macan Ali yang juga dijadikan sebagai panji perang Kasultanan Cirebon. Karena dalam Bendera Macan Ali Banyak terkandung nilai-nilai filosofis, seperti:
1. Tulisan Basmallah dan Asmaul Husna yang melambangkan kebesaran Allah.
2. Dua bintang bersisi delapan yang melambangkan Nabi Muhammad dan Fatimah.
3. Singa Kecil dan besar serta dua buah pedang yang menyilang, melambangkan Pedang Zulfikar milik Imam Ali.
4. Asadullah, yaitu Singa besar atau singa Allah yang disebut sebagai Macan Ali
5. Lima orang manusia suci yang melambangkan tiang agama sebagai sumber hidayah.
Saat ini, walaupun kasultanan/keraton-keraton di Cirebon sudah tidak lagi berada dalam masa keemasannya, Macan Ali masih menjadi lambang kebesaran yang sangat dihargai oleh masyarakatnya. Keberadaan Macan Ali sebagai simbol pun belakangan ini semakin dikenal orang, dengan semakin maraknya kaligrafi Macan Ali bermunculan di beberapa media, seperti sticker, kalender maupun kaos. Semoga dengan bangkitnya kembali Macan Ali sebagai simbol masyarakat Cirebon, dapat menghantarkan kembali Cirebon ke masa kejayaannya seperti dulu.(ysg)
CIREBON iS The Beas
ReplyDeleteYang kamu perbuat adalah mengandung musrik kamu punya tuhan mintalah kepadanya bukan melakukan apa yang dilarang oleh agamamu.
DeleteANITA DI PADANG...kamu orang bodoh,,tolol,sama aja musrik pekok
ReplyDeleteminta sama allah jgn sama orang,,
ReplyDeleteBisa juga bilang bismillah, Alhamdulillah, astaghfirullah, assalamualaikum,salam sejahtera, trus gaib itu milik siapa. Selama uang itu ada nomor seri pembuatanya,pasti ada yg punya.tiba tiba kita dapatkan tanpa usaha.uang itu darimana dan milik siapa...ya..itu yg mesti jadi pertanyaan
ReplyDelete