Tuesday, April 5, 2011

Nadran Menghibur di Penghujung Tahun


Siang di penghujung tahun 2010. Kemacetan mulai terasa  begitu memasuki Jl. Slamet Riyadi (Krucuk) Kota Cirebon. Bukan hanya kendaraan yang padat merayap, tapi para pejalan kakipun turut berbaris menyemut menambah kemacetan jalan. Mereka berduyun-duyun menuju Bundaran Adipura di seberang Gedung Negara. Di sanalah lebih dari 108 peserta karnaval akan berputar balik, kembali menuju Astana Gunung Jati.

Antusiasme warga untuk menyaksikan karnaval Nadran terlihat dari begitu banyaknya warga yang berjejalan di pinggir jalan, di sepanjang jalan antara Astana Gunung Jati hingga Gedung Negara. Di depan Gedung Negara sendiri tampak ratusan warga menyemut memadati pinggiran jalan, taman Bundaran Adipura, hingga ada yang berdesak-desakan berdiri di atas pagar untuk menyaksikan barisan karnaval. Padahal karnaval yang rencananya akan di buka tepat pukul 15.00 WIB itu masih satu jam lagi dan diperkirakan akan melewati Gedung Negara sekitar pukul 16.00 WIB, karena para peserta karnaval tidak menggunakan mobil atau kendaraan bermotor lainnya, melainkan menggunakan gerobak yang didorong secara manual. Padahal replika yang mereka gerakan bobotnya mencapai  ratusan kilogram.

Waktu menunggu yang masih lama itu banyak digunakan oleh warga untuk melakukan berbagai macam kegiatan. Ada yang jalan-jalan di halaman Gedung Negara sambil menikmati suasana gedung bersejarah tersebut, karena tidak setiap hari warga bisa bebas masuk ke sana. Banyak pula yang menggelar tikar di taman Bundaran Adipura sambil menikmati bekal yang mereka bawa dari rumah. Ada juga yang sekedar duduk-duduk di trotoar sambil menikmati jajanan yang banyak dijual di sana. Wajah-wajah mereka pun tampak begitu ceria, terutama para anak-anak. Padahal matahari bersinar cukup terik siang itu. “Anak-anak senang sekali diajak ke sini, kami para orang tua pun turut senang karena dapat memberi hiburan gratis bagi mereka.” Tutur Prambudi warga Kesenden yang sengaja membawa kedua anaknya untuk menyaksikan karnaval.

Semakin sore jumlah warga semakin bertambah banyak, mereka tidak hanya memadati trotoar jalan saja, tetapi meluber hingga ke tengah jalan. Para polisi lalu lintas yang bertugas di sana pun membiarkan kondisi tersebut. Mereka hanya mengingatkan agar para warga tertib saat karnaval melintas nanti.  Dari kejauhan mulai terlihat sebuah patung raksasa berjalan mendekat, bentuknya mirip  ogoh-ogoh dengan dua tanduk besar di kepalanya. Wargapun mulai kembali berdesak-desakkan hingga ke tengah jalan, untuk melihat patung raksasa yang merupakan salah satu peserta karnaval tersebut.

Tiba-tiba munculah segerombolan “orang hitam” dari tengah-tengah kerumunan penonton (warga). Mereka adalah petugas keamanan karnaval, yang didandani bak orang primitif yang seluruh tubuhnya dibaluri dengan oli hingga tampak hitam legam. Tugas mereka adalah menertibkan penonton agar tidak menghalangi jalan yang dilalui peserta karnaval. Tugas mereka cukup mudah, yaitu menerobos kerumunan penonton sambil menari tarian ala suku primitif, sambil sesekali berteriak “ Minggir-minggir, kasih jalan!” upaya mereka ternyata cukup efektif, karena jika ada penonton yang membandel tidak mau minggir, otomatis baju merekapun akan belepotan oli karena tertabrak orang-orang primitif tersebut.

Tidak lama kemudian munculah beberapa penunggang kuda. Mereka memacu kudanya bolak balik sambil memastikan jalan benar-benar “bersih” untuk dilalui karnaval. Di belakang penunggang kuda tersebut bergeraklah sebuah mobil kuno dengan penumpangnya yang menggunakan busana serba putih ala keraton. Di belakang mobil tersebut mengayuhlah beberapa pengendara sepeda onthel klasik yang berjalan beriringan. Kemudian diikuti replika kereta Singa Barong, kereta Kencana Keraton Kanoman yang terbuat dari kertas, yang didorong oleh beberapa orang yang mengenakan pakaian adat khas Cirebon. Di atas replika Kereta Singa Barong duduk dua orang yang memerankan sultan beserta adipatinya.

Satu persatu para peserta karnaval melintas di depan Gedung Negara dengan tema masing-masing. Mulai dari raksasa yang menyeramkan, kereta kencana yang membawa putri-putri cantik, naga yang bertarung dengan dinosaurus hingga Gunung Merapi yang terus menerus memuntahkan material dan kepulan asap dari dalamnya. Tidak ketinggalan pula kendaraan tempur seperti tank, yang terus menerus menembakkan meriam karbitnya. Replika-replika yang hampir semuanya terbuat dari bahan kertas tersebut, tak henti-hentinya mengundang decak kagum dari warga yang menonton. Ditambah lagi atraksi-atraksi yang mengikuti karnaval tersebut yang semakin membuat suasana karnaval menjadi bertambah meriah, seperti tarian-tarian yang dibawakan dengan gerakan lucu yang mampu membuat para penonton tergelak atau dentuman meriam bungbung yang dentumannya membuat para penonton berteriak kaget.

Menjelang petang, karnaval berjalan semakin menarik. Lampu-lampu yang menghiasi replika membuat karekter yang ditampilkan semakin tampak hidup di tengah cahaya yang temaram. Seperti mata naga yang menyala-nyala sambil mulutnya tak henti-henti mengepulkan asap, seolah naga tersebut benar-benar hidup dan kelaparan mencari mangsanya. Atau Jatayu (rajawali mitologi dalam kisah Ramayana) yang tampak gagah dengan bulu-bulunya yang putih serta cahaya yang gemerlap dalam kepakan sayapnya. Pesona tersebut membuat para penonton enggan beranjak dari tempatnya berdiri. “Sudah seru gratis pula, benar-benar menghibur!” Ujar eko warga Trusmi yang datang menonton beserta teman-temannya.

Saat Adzan Magrhib berkumandang, iring-iringan terakhir karnaval masih bergerak di Depan Gedung Negara, sebagian penonton sudah beranjak untuk pulang, sebagian lagi masih bertahan menyaksikan karnaval sambil menunggu arus penonton yang pulang berkurang. Pada umumnya mereka merasa puas dan terhibur dengan tontonan yang baru saja mereka saksikan. Bagi mereka karnaval Nadran menjadi hiburan tersendiri di akhir tahun. “Lumayan anggo obat stress, bagen tekan umah pusing maning kelingan harga sing tambah larang.” Celetuk seorang ibu sambil beranjak pulang. (ysg)

2 comments:

  1. sangat menarik, Cirebon emang kreatif.. :)

    event2 kaya gini nih harus terus dilestarikan, selain bbuat hiburan dan rasa syukur masyarakat juga buat daya tari pariwisata, kereeennn... :)

    http://cirebonmetro.blogspot.com/

    ReplyDelete
    Replies
    1. Assalamualaikum Salam sejahtera untuk kita semua, Sengaja ingin menulis
      sedikit kesaksian untuk berbagi, barangkali ada teman-teman yang sedang
      kesulitan masalah keuangan, Awal mula saya mengamalkan Pesugihan Tanpa
      Tumbal karena usaha saya bangkrut dan saya menanggung hutang sebesar
      1M saya sters hampir bunuh diri tidak tau harus bagaimana agar bisa
      melunasi hutang saya, saya coba buka-buka internet dan saya bertemu
      dengan KYAI SOLEH PATI, awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi selama 3 hari
      saya berpikir, saya akhirnya bergabung dan menghubungi KYAI SOLEH PATI
      kata Pak.kyai pesugihan yang cocok untuk saya adalah pesugihan
      penarikan uang gaib 4Milyar dengan tumbal hewan, Semua petunjuk saya ikuti
      dan hanya 1 hari Astagfirullahallazim, Alhamdulilah akhirnya 4M yang saya
      minta benar benar ada di tangan saya semua hutang saya lunas dan sisanya
      buat modal usaha. sekarang rumah sudah punya dan mobil pun sudah ada.
      Maka dari itu, setiap kali ada teman saya yang mengeluhkan nasibnya, saya
      sering menyarankan untuk menghubungi KYAI SOLEH PATI Di Tlp 0852-2589-0869
      Atau Kunjungi Situs KYAI www.pesugihan-uang-gaib.blogspot.co.id/ agar di
      berikan arahan. Supaya tidak langsung datang ke jawa timur, saya sendiri dulu
      hanya berkonsultasi jarak jauh. Alhamdulillah, hasilnya sangat baik, jika ingin seperti
      saya coba hubungi KYAI SOLEH PATI pasti akan di bantu Oleh Beliau

      Delete